STUDI BANDING dan BENCHMARKING STUDY
Kampus UTM Kualalumpur |
Saat kita akan mengunjungi suatu daerah atau lembaga lain sering kita menamakan Studi Banding bahkan muncul kata Benchmarking biar dikatakan ilmiah menggunakan bahasa asing.
Istilah benchmarking (pembandingan) sudah banyak dikenal dan dipraktikkan, namun secara pasti dan baku terjemahan yang tepat dengan satu kata dalam bahasa Indonesia belum ditemukan. Oleh karena itu, untuk sementara kita memakai dalam bahasa aslinya, Inggris yaitu Benchmarking.
Benchmarking adalah teknik manajemen untuk mengukur performa atau hasil kerja, dengan membandingkannya dengan parameter atau ukuran terbaik yang dikenal di pasar dan biasanya ditunjukkan oleh lembaga pendidikan tinggi yang telah lebih dulu menunjukan keunggulan di dunia pendidikan.
Manfaatnya adalah untuk memperbaiki kinerja lembaga kita sehingga mendekati bahkan melampaui performa terbaik lembaga di mana kita memperbandingkan diri, sehingga dengan demikian kita dapat berharap untuk menggantikan perannya menjadi pemimpin pasar pendidikan tinggi.
Oleh karena perannya itu, benchmarking menjadi sebuah alat yang efektif dalam konteks TQM (total quality management).
Sedangkan dalam kamus bisnis Benchmarking adalah proses membandingkan seperangkat tolok ukur produk, proses atau layanan dengan yang sejenis dari organisasi lain.
Tujuan benchmarking adalah untuk menetapkan metrik kualitas yang tepat dan handal berdasarkan metrik proses serupa di perusahaan lain.
Nah, setelah kita mendapatkan definisi itu lalu apa yang akan dibandingkan kalau memang posisi kita tidak sebanding? Atau apakah kompetitor kita mau dibanding-bandingkan?
Dengan demikian kata yang tepat adalah ngansukaweruh pada lembaga yang sudah mapan untuk meminta bimbingan atau kita memberikan dukungan agar lembaga lain itu tetap besar dan kita akan mengambil posisioning bidang lain yang tidak digarap oleh mereka, dan itu wajib. Sebab tidak mungkin kita membandingkan lembaga kita yang setara pada posisi kita misal seekor katak lalu kita ingin besar seperti gajah, agar kita bisa besar seperti gajah itu kita melakukan hal konyol misalnya minum air sebanyak-banyaknya agar bisa besar seperti tubuh gajah, apapun ceritanya katak itu bukannya menyamai gajah tersebut tapi akan mati dan wassalam.
Maka kita harus mencari cara yang berbeda dengan apa yang sudah dilakukan oleh lembaga lain, karena tujuan lembaga pendidikan tinggi adalah melakukan fungsi yang sama yaitu meluluskan alumni yang berkualitas dan berdaya saing tinggi agar bisa merebut posisi strategis didunia kerja.
Ini pula yang dilakuakn oleh Unmuh Ponprogp mengadakan kunjungan ke UTM Malaysia semata-mata ingin ngansunkaweruh atau belajar dan meminta bimbingan, bahkan secara kongkrit melakukan lobi untuk proses kerjasama yang belum seimbang, artinya kita mempunyai maksud menitipkan SDM yang ada untuk belajar bahkan studi lanjut, baik Magister S2 maupu program Doktor S3. Bahkan tidak hanya itu saja, juga akan kita jajaki pertukaran mahasiswa dalam berbagai bentuk, misal menitipkan mahasiswa untuk mengikuti berbagai kegiatan baik akademik maupun non akademik.
Sedangkan definisi berkualitas dan berdaya saing tinggi bagi lulusan harus mempunyai makna, pertama; lulusan mampu melakukan apa yang orang lain lakukan, kata bijak mengatakan "tidak semua orang bisa tapi kalau orang bisa mengapa kita tidak bisa" , kedua; mempunyai mental berani pantang menyerah, inovasi selalu diasah, karena ide kreatif itu selalu muncul pada situasi genting, karena dipersaingan global hanya mengenal hidup atau dihidupi kalau tidak maka kita akan tewas di telan bumi.
Mari kita lihat berbagai produk dipasaran saling membunuh dengan sangat kejam, bagaimana tidak handphone merk N*kia yang dulunya sangat menguasai pasar sekarang mati dan hilang di pasaran, dan kabar paling hangat bagaimana parbik mobil F*rt harus hengkang dari Indonesia, begitu pula dengan produk elektronika lainnya misal Pa**onic dan Sh*rp dikabarkan dan akan menutup pabriknya, produk-produk tersebut adalah pemimpin pasar dan siapa yang mengira akan mengalami nasib tragis seperti itu.
Begitulah tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan studi banding atau benchmarking ini, hasil akhir dan konkritnya tentu memerlukan keberlanjutan, tanpa itu saya mengatakan kurang ada manfaatnya kecuali hanya sekadar pernah tau tempat orang lain dan berkata bagus dengan nada kagum berdecak hebat hebat...dengan mengatakan orang lain hebat kita tidak hebat itu sudah mempengaruhi sugesti doa.
Mari kita tindaklanjuti hasil studi banding ini dengan berbagai perubahan minimal pola pikir, dahuluilah dengan budaya yang ringan yaitu dengan menulis.....semoga!
Kualalumpur, 17 Febaruari 2016
tidak sesuai dengan apa yg saya cari
BalasHapus