Politik Dan Ilmu Sosial


Dr. Ir. Aliyadi. MM. M. Kom

Ungkapan politik sering dikaitkan dengan kecurangan dan kekuasaan, sedangkan ilmu sosial politik dikenal dengan teori sosiologi yang merupakan teori tindakan sosial dalam bentuk perilaku.
Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya, sedangkanpp politik bukanlah ilmu yang bisa berdiri sendiri tanpa didampingi oleh disiplin ilmu lainnya. Secara praktis keilmuan politik bisa dipisahkan namun dalam konteks pelaksanaan ilmu politik harus mengadopsi ilmu-ilmu yang berhubungan langsung. Dengan adanya kombinasi ilmu pengetahuan tersebut maka politikus akan menjadi orang yang bertanggung jawab dan sungguh-sungguh dalam menjalankan amanah rakyatnya, karena secara estimologi ilmu politik lebih mengarah kepada mayoritas bukan minoritas apalagi individu. (Wikipedia).
Juntrungnya politik banyak disalah artikan oleh masyarakat, bukan hanya awam dikalangan terpelajarpun sering demikian,  karena memang stigmanya yang muncul dimasyarakat para politikus hanya mengejar kekuasaan semata dan kalau para pencari kekuasaan telah berkuasa rakyat lupa pada proses terjadinya kekuasaan mereka telah dilibatkan, namun pada hasil selalu menyalahkan. Kesalahan pemahaman tersebut terjadi karena para pegiat politik cenderung untuk menghakimi bukan mengedukasi agar arah perpolitikan Indonesia berjalan sesuai dengan norma dan etika politik yang ideal tidak terjebak pada politik transaksional semata.
Pelajaran yang harus kita petik ada pada siapa yang berani bermain politik apakah para profesional yang hebat, hanya pasang nama kemudian mengikuti kontestan pemilu yang Luber (langsung bebas dan rahasia), atau hanya diam takut menyampaikan program alias janji-janji entah palsu atau rencana “akan”, jika terpilih kelak. Atau masyarakat tidak mau tau siapa calon penguasa kelak, pokoknya datang ke TPS buka kertas suara memejamkan  mata lalu mencoblos, atau para pemilih sudah dengan modal NPWP (nomor piro wani piro), artinya berapa uang saku yang diberikan, makin besar uang saku atau jalan jalan maka itulah yang akan mereka pilih, jika itu terjadi maka yang akan duduk mewakili mereka dikursi kekuasaan adalah para petarung sejati yang mempertaruhkan mental dan material, jika terpilih yang sudah tinggal menghitung berapa yang mereka keluarkan dan bagaimana mengembalikan ongkos politik yang sudah mereka keluarkan, tanggungjawabnya sudah beralih kepada partai tempat mereka bernaung agar tidak di PAW.
Bisakah kita sebagai pengkritik, pengamat atau cendekiawan maju bertarung didepan menunjukkan contoh menjadi politik yang beretika, tidak menyalahkan orang lain dan kalau ingin menjadi pewarna harus jadi cat yang baik, tidak hanya pandai bermain kata-kata dan menyalahkan. Mekanisme politik kekuasaan telah diatur setiap lima tahun, disanalah kita mempersiapkan diri kita, tokoh kita atau censskiawan kita untuk menjadi pigur dan bisa memenangi pertarungan. Jangan salahkan mereka jika mereka menang karena mereka memang bertarung, walaupun latar belakangnya pengangguran (freeman) dan saat berkuasa kemampuannya sebatas itu tidak sesuai dengan eksprektasi kita....semoga!!!!

Komentar

Postingan Populer