Saracen Oh Saracen


Oleh : Dr. Aliyadi

Beberapa minggu ini media dihebohkan oleh pemberitaan tentang Saracen, memang terasa agak asing apa itu Saracen, dan ibarat petir disiang bolong toba-tiba ada namanya Saracen. Penulis akhirnya menelusuri melalui google, maka ditemukanlah istilah saracen.
Saracen adalah istilah yang digunakan oleh orang Kristiani Eropa terutama pada Abad Pertengahan untuk merujuk kepada orang yang memeluk Agama Islam (tanpa memperdulikan ras atau sukunya). Pada zaman itu, istilah ini umumnya digunakan secara negatif. Ini terjamahan yang penulis dapatkan di wikipedia, sedangkan dimedia maknanya secara bebas diterjemahkan suatu akelompok secara terorganisir dengan apik menawarkan penerbitan berita hoax atau fitnah yang menyangkut “suku, ras, antar ras (sara). Polisi telah mengungkap keberadaan kelompok Saracen ini, kelompok Saracen ini mengunggah konten ujaran kebencian dan hoax berbau suku, agama, ras, dan antar golongan berdasarkan pesanan, tujuan mereka menyebarkan konten tersebut semata memang alasan ekonomi pada media-media yang mereka miliki, baik akun Facebook yaupon situs, akan mem-post berita atau konten yang tidak sesuai dengan kebenarannya, tergantung pesanan.

Para pelaku menyiapkan proposal untuk disebar kepada pihak pemesan. Setiap proposal ditawarkan dengan harga puluhan juta rupiah. Hingga saat kini, masih didalami polisi siapa saja yang memesan konten atau berita untuk diunggah di grup maupun situs Saracen.
Dampak dari perbuatan sindikat penyebar ujaran kebencian atau isu SARA dan hoax seperti grup Saracen, berakibat buruk bagi keutuhan negara. Hal tersebut bisa saja yang melihat hate speech perorangan mampu memberi dampak pada masyarakat luas, apalagi jika dilakukan terorganisir seperti Saracen. Dampak perbuatan Saracen akan bisa mengarah ke sana (membahayakan bangsa). Karena kita bisa lihat hate speech yang dilakukan perorangan dan impactnya luas di media sosial, bisa dibayangkan kalau itu terorganisir. 
Penulis merasakan benar pada saat pelaksanaan Pemilukada DKI Jakarta yang lalu, betapa dahsyatnya isu SARA yang dihembuskan dimedia sosial, group WA yang tadinya sejuk hanya menyampaikan pesan seputar kabar dan informasi kegiatan masing-masing. Tapi sejak Pilkada DKI semua orang terbakar emosi dan seolah-olah negara benar-benar dalam keadaan mencekam, bagaimana seorang mengaku kyai turut serta masuk dalam komen politik, sulit membedakan berita fitnah dan berita itu fakta. 
Nah, tidak ada kejahatan yang sempurna, akhirnya polisi dapat mengungkap siapa aktor yang menyebarkan kebencian tersebut, ternyata “insya allah” kelompok Saracen telah memberikan andil besar dalam memecah belah pemikiran untuk disintegrasi bangsa. Disamping itu peran pemerintah dalam memblokir beberapa situs yang dijadikan sebagai ajang propaganda dan sarang penyebaran ajaran kebencian salah satunya Telegram.
Bersyukurlah, semuanya telah membuat mata publik terbelalak dan sadar, bahwa persepsi dan perilaku pelaku dimedia sosial telah digiring oleh nafsu para pecundang politik demi kepentingan birahi jangka pendek, tidak sadar betapa besar risiko jika dampak tersebut tidak ada katup pengamannya. Sudah banyak negara yang tercabik-cabik oleh kepentingan politik kelompok tertentu yang berujung pada kehancuran. Negara kita beruntung ada Pancasila sebagai landasan ideologi berbangsa dan bernegara, suka tidak suka, kita bangsa Indonesia karena terlanjur disepakati dari sejak berdiri bangsa ini.....semoga!!!@

Komentar

Postingan Populer