Bèrbuat vs Kritik
Oleh : Dr. Aliyadi
Bergerak dan berbuat sesuatu akan menimbulkan perubahan sekecil apapun, ternyata energi yang dikeluarkan akan mampu merubah magnet negatif menjadi arus positif dalam diri manusia. Maka setiap perubahan memerlukan keterlibatan fisik dan banthin, agar perubahan memiliki makna, sehingga kita bisa memberi makna pada setiap perubahan.
Perubahan hakekatnya berbuat, melakukan sesuatu dari yang sudah ada menjadi nuansa berbeda, atau memang berubah sama sekali dengan meninggalkan kebiasan lama kearah kemajuan yang luas, sehingga setiap kali orang lain melihat kita selalu ada yang baru (inovatif). Perubahan itu bisa berasal dari dalam diri kita sendiri, ataup membutuhkan sentuhan orang lain, dalam tren masa kini adalah seorang motivator, yang memberikan dorongan, penyemangat, bahkan pemberi keyakinan apa yang yang kita pikirkan itu benar dan berdampak pada kemajuan. Misal, Prof. Imam Robandi, seorang dosen dan guru besar di ITS Surabaya, tiada lelah memberikan motivasi bagi sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi yang berbendera Persyarikatan Muhammadiyah, baik lokal Jawa Timur bahkan hampir seluruh Indonesia, tanpa lelah dan seolah tiada hari tanpa motivasi untuk berubah dan berubah demi kemajuan dunia pendidikan.
Dibalik semua perjuangan tersebut, tidak selalu mulus mendapatkan dukungan, penulis yakin ada pihak tertentu yang tentunya saudara kita sendiri memberikan stigma negatif apapun yang dilakukan, kurang koordinasilah, pemborosan, memanfaatkanlah dan sebagainya. Tentu, bagi yang memiliki paham berbeda lebih baik diam daripada berbuat yang selalu dianggap salah atau yang lebih parah kita akhirnya tidak berbuat apapun, tapi kalau orang lain yang berbuat dan melakukan perubahan kita yang kebakaran jenggot bahkan sak kumisnya juga terbakar. Oke, mungkin yang disampaikan mungkin “kritik”, jika memang kritik mengapa hal itu tidak disampaikan kepada yang bersangkutan secara langsung, agar semuanya yang memberikan support bahwa tidak semua orang memiliki kebenaran mutlak, perlu koreksi disana sini demi perbaikan yang lebih kongkrit
Celakanya, jika orang lain berbuat sesuatu untuk perubahan, tetapi mereka seolah mengkritik namun sesungguhnya jika dilihat dari bahasa yang disampaikan merupakan sebuah kalimat yang destruktif yang melemahkan, bahkan cenderung kalau boleh mensitir ucapan para tokoh cyber “hoax”, ungkapan itu merupakan cerminan kurang keterbukaan wawasan untuk berubah, padahal dunia luar berubah bergitu cepat.
Padahal kita ditakdirkan oleh Allah sebagai mahluk untuk selalu berbuat untuk perubahan baik untuk diri sendiri maupun bersama orang lain, berbuat selalu akan mendapat kritikan dari satu kritikan-kekritikan berikutnya, sampai pada suatu saat sejarah akan mencatat bahwa kita pernah berbuat untuk kemajuan umat....semoga!!!@
Komentar
Posting Komentar