Generasi Melinial Menghadang Musuh Nadiem Makarim
Oleh : Dr. Ir. Aliyadi, MM, M.Kom
“Mungkin inilah zaman pertemuan dua generasi yang paling membingungkan sepanjang sejarah. Ini bukan soal generasi kertas vs generasi digital semata. Melainkan soal di mana dunia kita berada, sehingga ekonomi menjadi berubah arah dan banyak yang bangkrut. Ini juga bukan soal kebijakan ekonomi, ini soal teknologi yang mengubah platform hidup, ekonomi dan kehidupan”. Ini adalah kutipan yang saya ambil dari tulisan Rhenald Kasali pada tanggal 29 October, 2017 , by Rumah Perubahan, menarik dari ungkapan beliau yang mengatakan bahwa sekarang adalah generasi yang membingungkan dan membuat pernyataan dimana kita saat ini berada banyak pernyataan yang menyatakan ekonomi sedang lesu, pemerintah diminta untuk membuat regulasi bidang ekonomi yang jitu, sehingga bisa memulihkan daya beli masyarkat pada pedagang eceran, karena sudah banyak yang menyatakan tutup karena sepi pembeli yang datang.
Hal ini menurut Rhenal Kasali, problem ini bukan karena soal kebijakan ekonomi pemerintah akan tetapi oleh karena perunahan teknologi digital yang merejalela, sehingga kita berada pada posisi yang membingungkan, genrasi kertas kegenerasi digital. Perubahan ini bisa kita menyebutnya shifting, tetapi sebagian besar ekonom “tua” menyebutnya resesi, pelemahan daya beli dan seterusnya. Saya menyebut apa yang dilakukan generasi Nadiem Makarim sebagai inovasi, bahkan disruption. Tetapi manajer-manajer “tua”, bilang mereka “bakar uang.” Mereka bilang retail online kecil, tapi anak-anak kita bilang “besar”.
Saat ini kita sering membaca tentang keributan dalam industri jasa angkutan penumpang taksi. Di sini mulai ramai pertempuran antara ojek pangkalan vs. Go-Jek. Lalu antara pengemudi angkot dengan Go-Jek. Disusul demo sopir taksi melawan taksi online. Ini mestinya tidak boleh terjadi bila saja kita menyadari betapapun kita akan melarang hujan turun mrngakibatkan banjir, tapi hujan yang turun juga banyak manfaatnya bagi manusia lain di dunia ini.
Ditambah lagi, kini generasi millennials telah menjadi pemain penting dalam konsumsi. Dan tahukah Anda, setidaknya satu dari beberapa anak Anda telah menjadi wirausaha baru. Mereka beriklan di dunia maya seperti di Faecbook dan Instagram, dan mendapatkan pelanggan di sana, berjualan di sana, dan perbuatannya tidak terpantau regulator bahkan orang tua mereka sekalipun.
Di era ini, para pengusaha lama perlu mendisrupsi diri, membongkar struktur biaya, bukan bersekutu dengan regulator, mengundang kaum muda untuk membantu meremajakan diri, agar siap bertarung dengan cara-cara baru. Biarkan saja kaum tua meratapi hari ini dengan mengatakan daya beli, krisis, atau resesi.
Dunia ini sedang shifting. Orang tua-orang tua muda sedang memangku cyber babies, kaum remaja terlibat cyber romance. Mereka belajar di dunia cyber, dan menjadi pekerja mandiri. Dan masih banyak hal yang akan berpindah, bukan musnah. Ia menciptakan jutaan kesempatan baru yang begitu sulit ditangkap orang-orang lama, atau orang-orang malas yang sudah tinggal di bawah selimut rasa nyaman masa lalu.
Mari kita hadapi perubahan dunia yang mebingungkan ini, kita masih ingat ditahun 1998an, saat reformasi terjadi, semua pengamat lebay sekali, mengatakan kehidupan ekonomi akan mengalami kebangkrutan, rakyat semakin sulit dan sebagainya, tetapi apa yang terjadi dimasyarakat, daya beli meningkat, jalanan semakin macet karena jumlah kendaraan bermotor meningkat, mall berdiri dimana-mana sampai keplosok kecamatan bahkan desa, mini market market jadi simbol kemajuan masyarakat.
Maskapai penerbangan yang sebelumnya hanya dimonopoli oleh perusahaan maskapai Garuda, kemudian lahirlah generasi penerbangan murah Lion Air dan menyusul Sriwijaya dan sebagainya, pada awal-awalnya orang menganggap penerbangan murah dengan stigma negatif, tapi apalah daya kehadirannya telah merubah perilaku masyarakat dari tidak pernah menggunakan pesawat hingga sangat familier, dan dengan tujuan pernerbangan yang selama ini maskapai lain tidak berani untuk menjadikan route penerbangan, setelah Lion Air dan Sriwijaya mendarat barulah Garuda mendampingi dan turut membuka anak perusahaan Citiling.
Dinamika ini membuat kita bertanya, akan berbuat apakah kita? Hanya merenungi atau hanya akan mengikuti drama panjang yang dilakoni oleh negara predator, atau kita akan memaksa diri untuk masuk dan bertarung didalamnya walaupun harus babak belur...semoga!!!
Ditulis diatas pesawat Sriwijaya SJ 583 penerbangan dari Jayapura – Biak – Makasar.
Komentar
Posting Komentar