Setelah Aku Jadi Doktor Terus Menghasilkan Apa?

Oleh : Aliyadi

Kalimat ini yang membuatku selalu gundah  gulana, gelar Doktor berarti berpendidikan Strata tiga, sudah pungkasan pendidikan di Indonesia. Karena strata pendidikan sebagai seorang dosen memang mutlaklah, mosok jeruk makan jeruk yang seperti selama ini.

Jenjang ini sudah dilalui, saya tidak pernah berpikir akan lulus pendidikan strata tiga (S3), walaupun setelah lulus ditanya lulus S3 apa? Itu tidak perlu dijawab, sebab kalau dijawab akan menyisakan pertanyaan balik, sampeyan sudah S3 apa belum, tentu orangnya akan tersinggung, bikin repot lagi.

Dalam benakku apa bedanya antara yang berpendidikan S3 dan yang belum S3, apa hanya dilihat dari penampilannya, apa cara mengungkapkan kata-kata, atau mungkin tumpangan dan tempat tinggalnya berubah. Atau yang agak ilmiah mungkin hasil penelitiannya yang tersohor hebat bukan meneliti terus ngentit uang penelitian berakhir di Perpustakaan, konyolnya lagi tidak ada  yang membuka dan membaca apalagi mau dijadikan referensi, yang semestinya hasil penelitian menghasilkan karya baru dan di patentkan untuk mendapat royalti, itu kata temanku "berpendapat dan berpendapatan".

Terlepas dari makna apa beda yang sudah S3 dan yang belum S3, sangat tergantuk cara kita memaknainya, kalau secara dangkal bahwa gelar itu hanya simbol yang diciptakan oleh si pembuat, serimonial diatur dalam sketsa yang dipahami secara universal, sehingga tujuan utamanya untul membentuk struktur pranata keilmuan mempunyai tolak ukur.

Jika memaknainya dari nilai perspektif lain, akan mudah di terjemakan bahwa setelah S3 minimal embel-embel nama bertambah, memberi pengakuan keilmuan pada lembaga yang dinaungi, bisa juga akan merubah pola pikir yang subyektif menjadi lebih obyektif dan kritis.

Apapun hasilnya, beragam tanggapan karena keilmuan yang disimbolkan dengan gelar akan mereduksi  nilai sesungguhnya menjadi bias, misalnya: setelah Doktor maka seniscayanya jabatan akan didapat, mungkin jabatan menteri ataupun staf ahlinya menteri, lah yang paling pendek mungkin jabatan Rektor, ini semua hanya ilusi, jika benar terjadi maka takdir kehidupan tidak luput apa yang kita ungkapkan pada sang Khaliq. Jikapun tidak hal ini bisa dilanjutkan dengan perspektif sejarah yang terdokumen bahwa kita pernah ada, dengan gelar "Doktor". Apakah Doktor itu?.......

Komentar

Postingan Populer