Artikel Penulisan Artikel Ilmiah
Disusun oleh: R.S. Kurnia
Eneste, Pamusuk. 2005. "Buku Pintar Penyuntingan Naskah". Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kamandobat, Faisal. 2007. Terjebak antara Pengarang dan Penulis, dalam "Kompas", Sabtu, 24 Maret 2007. Hlm. 14.
Keraf, Gorys. 2004. "Diksi dan Gaya Bahasa". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nadeak, Wilson. 1989. "Bagaimana Menjadi Penulis Kristiani yang Sukses". Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Pranata, Xavier Quentin. 2002. "Menulis dengan Cinta: Belajar Mandiri dan Mengajarkan Kembali Jurnalisme Kasih Sayang". Yogyakarta: Yayasan ANDI.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1982. "Teknik Penulisan Ilmiah-Populer". Jakarta: Gramedia.
Tartono, St. S. 2005. "Menulis di Media Massa Gampang!". Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
- MENULIS ARTIKEL
- Menulis dan Mengarang
Ada suatu pandangan tradisional yang menyebutkan bahwa menulis dan mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, meski sama-sama berkenaan dengan aspek kebahasaan. Kegiatan menulis sering diasosiasikan dengan ilmu yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional (Kamandobat 2007). Dengan kata lain, kegiatan menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan mengarang tidak. Pandangan tersebut tentu tidak benar. Kita tentu ingat novel "Da Vinci Code" yang menggemparkan. Lalu kita juga mungkin masih ingat "The Origin of Species" karya Charles Darwin. Keduanya berasal dari ranah yang berbeda, namun masing-masing disajikan dengan bahasa yang terkesan ilmiah dan literer.
Akan tetapi, ada satu hal yang membedakan keduanya. Hal tersebut ialah dalam hal penekanannya. Meskipun sebuah karya tulis disajikan dengan bahasa literer, bila penekanannya menjurus ke bidang keilmuan -- termasuk ilmu sastra -- kita bisa mengelompokkannya ke dalam kegiatan menulis. Demikian sebaliknya, kegiatan menghasilkan karya tulis yang lebih bernuansa fiktif, meski terkesan faktual, bisa disebut sebagai kegiatan mengarang. - Menulis Artikel
Ada sejumlah pengertian mengenai artikel. Berikut beberapa di antaranya.
Artikel merupakan karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66).
Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan:- karya tulis atau karangan;
- karangan nonfiksi;
- karangan yang tak tentu panjangnya;
- karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur;
- sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya;
- wujud karangan berupa berita atau "karkhas" (Pranata 2002: 120).
- Menulis dan Mengarang
- MENULIS SECARA ILMIAH POPULER
Pada dasarnya, ada beberapa jenis model penulisan artikel. Model-model tersebut bisa dikelompokkan kepada tingkat kerumitannya. Model yang paling mudah ialah model penulisan populer. Tulisan populer biasanya tulisan ringan yang tidak "njelimet" dan bersifat hiburan. Termasuklah di dalamnya gosip. Selain itu, bahasa yang digunakan juga cenderung bebas (perhatikan, misalnya, bahasa yang digunakan di majalah GetFresh!). Model yang paling sulit ialah penulisan ilmiah. Model ini mensyaratkan objektivitas dan kedalaman pembahasan, dukungan informasi yang relevan, dan biasa diharapkan menjelaskan "mengapa" atau "bagaimana" suatu perkara itu terjadi, tanpa pandang bulu dan eksak (Soeseno 1982: 2). Dari aspek bahasa, tentu saja tulisan ilmiah mensyaratkan bahasa yang baku.
Meski demikian, ada satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya. Model tersebut dikenal dengan penulisan ilmiah populer dan merupakan perpaduan penulisan populer dan ilmiah. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soeseno 1982: 1; Eneste 2005: 171). Model inilah yang digunakan dalam publikasi Yayasan Lembaga SABDA pada umumnya. - JENIS-JENIS ARTIKEL
Ada beberapa jenis artikel berdasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sedangkan artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi).
Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu. - MULAI MENULIS ARTIKEL
- Menguji Gagasan
Prinsip paling dasar dari melakukan kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut (Georgina dalam Pranata 2002: 124; band. Nadeak 1989: 44).- Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang?
- Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga memunyai fokus yang tajam?
- Apakah gagasan itu terikat waktu?
- Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik?
- Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?
- Pola Penggarapan Artikel
Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan.- Pola pemecahan topik
Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing. - Pola masalah dan pemecahannya
Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan. - Pola kronologi
Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi. - Pola pendapat dan alasan pemikiran
Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu. - Pola pembandingan
Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.
- Pola pemecahan topik
- Menulis Bagian Pendahuluan
Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.- Ringkasan
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar. - Pernyataan yang menonjol
Terkadang disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona. - Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya. - Anekdot
Pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi. - Pertanyaan
Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus. - Kutipan orang lain
Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti. - Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.
- Ringkasan
- Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama
Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku.
Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan. - Menutup Artikel
Kerangka besar terakhir dalam suatu karya tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya (Tartono 2005: 88).
Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan gaya berpamitan (Soeseno 1982: 48). Gaya pamit itu bisa ditandai dengan pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka", "akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca. - Pemeriksaan Isi Artikel
Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).
Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?
Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?
Untuk simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi seperti kita?
Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.
- Menguji Gagasan
- ASPEK BAHASA DALAM ARTIKEL
Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.
Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106).
Berikut daftar kata ilmiah dan populer.
KATA ILMIAH KATA POPULERanalogi kiasan anarki kekacauan bibliografi daftar pustaka biodata biografi singkat definisi batasan diskriminasi perbedaan perlakuan eksentrik aneh final akhir formasi susunan format ukuran friksi bagian, pecahan indeks penunjuk konklusi kesimpulan kontemporer masa kini, mutakhir kontradiksi pertentangan menganalisa menguraikan prediksi ramalan pasien orang sakit
Eneste, Pamusuk. 2005. "Buku Pintar Penyuntingan Naskah". Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kamandobat, Faisal. 2007. Terjebak antara Pengarang dan Penulis, dalam "Kompas", Sabtu, 24 Maret 2007. Hlm. 14.
Keraf, Gorys. 2004. "Diksi dan Gaya Bahasa". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nadeak, Wilson. 1989. "Bagaimana Menjadi Penulis Kristiani yang Sukses". Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Pranata, Xavier Quentin. 2002. "Menulis dengan Cinta: Belajar Mandiri dan Mengajarkan Kembali Jurnalisme Kasih Sayang". Yogyakarta: Yayasan ANDI.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1982. "Teknik Penulisan Ilmiah-Populer". Jakarta: Gramedia.
Tartono, St. S. 2005. "Menulis di Media Massa Gampang!". Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
semua harus tersusun denga rapi agar mudah untuk dipahami :D
BalasHapusRiza Hadi Saputra
TI 1 E
10530912
www.rezasaputra.com
menulis sesuatu yang banyak dibicaraakn oleh orang pada saat ini mungkin itu lebih menarik
BalasHapus.::::Nur Kholis huda
.::::1A
.::::10530779
TI 1C
BalasHapus10530987
riza eko cahyono
BalasHapus10530782
1a
tambahan dari saya pak..
Format Penulisan
1. Artikel diketik rapi pada satu sisi ukuran kertas kuarto (8,5” x 11”) dengan spasi ganda, kecuali kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan bentuk berinden (indented style).
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
3. Panjang artikel tidak lebih atas 7.000 kata atau antara 15 s.d. 25 halaman kuarto.
4. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12.
5. Margin atas, bawah, kiri, dan kanan lebih kurang 1 inci.
6. Judul ditulis rata tengah dengan huruf besar, jenis huruf Times New Roman- Bold 14.
7. Subjudul ditulis rata tengah dengan huruf besar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12.
8. Sub dari Subjudul ditulis rata kiri dengan huruf besar pada setiap awal kata, kecuali kata penghubung, jenis huruf Times New Roman-Bold 12.
9. Judul tabel atau gambar ditulis rata tengah. Setiap tabel atau gambar diberi
nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel dan gambar, dan sumber
kutipan jika ada. Nomor dan judul tabel atau gambar di bagian atas tabel atau
gambar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12. Judul tabel atau gambar
diletakkan di bawah nomor dan judul tabel atau gambar, jenis huruf Times
New Roman-Bold 12. Sumber kutipan/rujukan tabel atau gambar di bagian
bawah tabel atau gambar, jenis huruf Times New Roman-Bold 12.
10. Sumber kutipan baik untuk kutipan, gambar, atau rujukan ditulis diantara
kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama akhir penulis, tahun
tanpa koma, dan nomor halaman yang dikutip – jika buku, jenis huruf Times
New Roman-Bold 12.
11. Setiap artikel harus memuat daftar referensi hanya yang menjadi sumber
kutipan dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
1. Daftar referensi disusun alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama
Institusi.
2. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau
buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman.
Menulis artikel nonfiksi sebenarnya jauh lebih mudah ketimbang fiksi (cerpen, novel, dst). Kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan “bahan dasar” sebagai berikut:
1. Ide
2. Berpikir sistematis
3. Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis tanpa harus
mencari data)
4. Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana.
5. Satu alinea = satu ide.
Jika kelima poin ini sudah kita miliki, maka menulis nonfiksi bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah.
Berikut referensi tambahan dalam menulis artikel :
1.Putuskan topic yang akan dibahas
2.Siapkan kerangka karangan dari ide yang anda miliki
3.Tulis hipotesis(optional)
4.Buat isi artikel
Tulis ide pokok
Tulis ide penjelas
Bukti bukti yang menjelaskan ide penjelas
5.Tulis data diri penulis
6. Berikan sentuhan terakhir
Jika intruksi intruksi diatas dilaksanakan maka artikel yang anda buat akan menjadi artikel yan
makasih pak pengetahuan baru..
BalasHapusMOH ALIF
TI 1D 10530899
Nindi Ardina
BalasHapusTI 1A
10530778
new knowledge...
makasih bapak
setuju dngan koment kholis huda :)
BalasHapusdeni manggala p
1D
10530894
eka indrayani
BalasHapus1a
10530760
karena kita anak indonesia jadi harus bisa menulis dengan benar
Yups terus berkarya dengan tulisan. semangat
BalasHapusCATUR DEWI /10530840/1 C/ TI
perlu banyak belajar nich.....
BalasHapusSUDARSONO
10530887
TI MALAM
IMAM MUNTAHAR
BalasHapus10530978
TI PROSUS SMT 1
mks pak ilmunya