Kebebasan Informasi dan Kebenasan Memaknai Bahasa
Ada ungkapan berikut ; "Jika kita sukses dilarang menikah dengan orang sekampung", dan "saya yang mebiayai dia".
Karena bahasa tulisan, memaknai secara imdividu maka pembaca harus membuka kacamata hatinya dulu, kalau tidak akan memunculkan makna yang berbeda dengan si pembuat kalimat atau tulisa.
Makna yang petama " jika kita sukses dilarang menikah dengan orang se kampung", kalau kita membacanya dengan sudut pandang agama yang panatik, maka akan muncul emosi yang cenderung terbawa emosi, mulai mencari dalil yang mungkin cenderung menyalahkan orang lain, dengan dalilnya mungkin dia akan yakin kebenaran yang dia ungkapkan.
Padahal maksud si pembuat kalimat, kalau menikahi orang satu kampung tentu dilarang, kebanyakan yang lain tidak kebagian, itu mungkin yang dimkasud, padahal kita sudah terlanjut emosi, nah lo beda to yang dimaksud.
Mungkin saja dengan kalimat yang lain, dan pada ungkapan yang kedua; "saya yang membiayai dia", kalimat ini tinggal titik tekan intonasi si pembuat kalimat bisa saya bisa dia yang membiayainya, yang melihat mungkin akan mengambil kesimpulan sendiri, tergantung daya nalarnya, makanya kalau membaca kalimat pahami dulu makna dan maksud, jangan langsung emosi dan reaksi, kalau salah maksud bisa kelimpungan ya, nah lo salah to maksudnya.
Maka kebebasan menerima dan mengungkapkan informasi perlu sedikit pemahaman tentang bahasa, sebab masing-masing kita tentu mempunyai tingkat pemahaman terhadap bahasa tulisan, karena bahasa tulisan akan berbeda dengan bahasa lisan.
Maka harus bijak dalam memaknai tulisan yang kita baca, hendaknya berulang dalam membaca kalimat agar tidak salah makna...semoga!!!!
Komentar
Posting Komentar