Pengalaman ke LN

Perjalanan Berkunjung ke Luar Negeri
Oleh : Ir. Aliyadi, MM
Perjalanan ke Luar Negeri bagi saya merupakan hal sangat mengesankan, bertapa tidak, saya yang dilahirkan di Sumataram tepatnya di desa Sekipi kecasmatan Lampung Utara, suatu desa yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian dan sulit dijangkau, maka pada tahun 2006 melalui undangan Dewan Penndidikan Batam, untuk mengikuti pertemuan di Batam, dan dalam undangan itu tertera kunjungan ke Singapura dan ke Malaysia, betapa senang dan gembiranya, serasa mimpi, tapi itulah kenyataanya, kunjungan pertama saya ke luar negeri.
Pada tahun berikutnya, tahun 2007, ke Singapore, dan untuk ke Singapora sudah kerab dilakukan disamping non Visa, juga murah hanya dengan 2,5 juta sudah bisa untuk 2 hari di Negara Singa tersbut. Pada tahun 2009 ke Malaysia dan Thailand, dan pada bulan April tahun 2010 bersama Rektor Unmuh Ponorogo berkesempatan untuk mengunjungi China, mengunjungi salah satu perguruan di Guanzho yaitu Jinan University. Pada yahun yang sama yaitu tahun 2010, yaitu melaksanakan Umroh ke Arab Saudi, merupakan perjalanan spritual bagi kehidupan saya.
Yang paling akhir yaitu pada tanggal 30 Mei sampai 5 Juni 2011 yang lalu berkunjung ke India, tepatnya di Newdelhi, kunjungan ini atas undangan dari NIIT University, yang merupakan mitra yang sedang dibangun kerjasama oleh Unmuh Ponorogo dalam rangka membuka kelas internasional.
Terlepas dari itu semua, kebanggaan yang penulis miliki merupakan suatu kesempatan yang luar bisa, betapa tidak kami hanya Perguruan Tinggi di kota kecil, yang jauh dari hiruk pikuknya keramaian, dapat menjalan kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri.
Yang pasti tujuan dari kerjasama ini untuk meningkatkan peradaban, dan menghapuskan kesan kami adalah kampus ndeso, tidak punya nilai tawar, dan tidak membuat mahasiswa bangga untuk kuliah di kampus ini, tetapi yang lebih penting selain itu memang kita mencoba untuk mengadopsi model pendidikan yang memang harus global, kita tidak hanya bertarap tetapi langsung mengadopsi dari sisi: modul, kurikulum, dan metodelogi, dengan pridikat lulusan deploma tiga, dan strata satu.
NIIT yang berkantor pusat di Newdelhi, tepatnya di distrik Gurgaon, merupakan suatu lembaga pendidikan yang dikelola secara profesional, mereka mengembangkan lembaga dengan penuh tanggung jawab, penuh percaya diri, kalau penulis amati, kalau dari sisi geografis, bangunan gedung dan fasilitas, kami tidak kalah, begitu pula dengan SDM, yang membedakan mereka mengutamakan semboyan “kerjakan apa yang kamu tulis, dan tulis apa yang kamu kerjakan” artinya mereka mempunyai perencanaan yang jelas, penuh percaya diri, dan sungguh-sungguh.
Sisi lain, perjalanan sejak dari Yogyakarta menuju Jakarta selanjutnya menggunakan Thai Air, pada pukul 12.30 menuju Bangkok ditempuh dalam waktu 3,5 jam, di Bangkok hanya untuk transit untuk melanjutkan dengan penerbangan pada pukul 21.30 menuju Newdelhi.
Perjalanan Bangkok Newdelhi ditempuh dalam waktu 3,5 jam, pada pukul 24,00 kami tiba di Newdelhi India, hal yang merupakan suatu perjalanan yang menyenakan, setibanya di Newdelhi kami di sambut oleh Mr. Suprabhat devisi untuk Asia Pacipfic. Perasaan muncul kota Newdelhi dalam bayangan indah seperi Bejing dan beberapa kota di China, karena malam hari, kami langsung di menuju hotel Tullip di distrik Gurgaon, ditempuh dalam waktu 20 menit, kami semua langsung istirahat melepaskan kepenatan perjalanan panjang selama satu hari, penulis mencoba untuk melihat suasana sekitar hotel untuk sekedar adatasi, tanda tanda kota nya tidak seperti bayangan memang sudah terasa.
Pada hari pertama, jadwal kami adalah mengunjungi kantor pusat NIIT, rombongan disambut oleh Mr. Bhaskar M. Kedia regional Head APAC, bangunan yang indah ditengah pusat perkantoran di Gurgaon, dari hotel kami tempuh dengan waktu 15 menit.
Acara dilaksanakan di lantai 3, menggunakan tangga loncat atau lift, menuju ruang pertemuan yang sudah dipersiapkan dengan apik, karena mereka memang terbiasa dengan tepat waktu dan acara tidak terlalu basa basi, semua pimpinan NIIT, memberikan arahan dan pertemuan sangat menyenangkan, karena nampaknya mereka tahu betul bagaimana menyambut tamu, memperlakukan tamu, sehingga kesan bersahabat dan suasana betul betul bernuansa pertemuan ilmiah tapi penuh keceriaan, itu NITT India.
Hari kedua, kami mengunjungi NIIT University, yang jaraknya dari Newdelhi 100 km, ditempuh dalam waktu 1 jam, melalui jalan bebas hambatan, letak kampus ini di tengah padang pasir yang luas, tapi bangunan NIIT University memang di rancangan dengan arsitektur untuk padang pasir, tidak menggunakan AC (Aircon dalam bahasa Malaysia) mereka menggunakan design teknologi EKO, yaitu sirkulasi udara di kedalam 100 meter, di pompakan kesemua ruangan, sehingga udaranya sejuk karena tekanan udara yang dikondisikan, sehingga teknologi ini ramah lingkungan dan hemat energi, yang mahal adalah beaya perencanaan dan pembuatannya.
Situasi belajar, mirip dengan pondok pesantren di Indonesia, mahasiswa di asramakan, jauh dari mall, tidak ada alat transportasi, sepeda motor untuk mahasiswa juga tidak ada, hanya ada sepeda pancal (fiit) sebagai sarana transpotasi, kami ditunjukkan ke ruang kuliah, dan sebagai semuanya tidak berbeda dengan yang kami miliki, hanya saja semangat mereka untuk go international, ada yang menarik yaitu plapon mereka terbuat dari kardus tempat telur, saya merasa aneh memang.
Pada hari ke tiga kami diajak kesemua devisi NIIT, termasuk studio untuk kuliah internasional di Newdelhi untuk melayani semua member di seluruh dunia, karena NIIT mereka kembangkan di Asia Facific, termasuk China, mereka suda merambah 33 negara, termasuk Indonesia, bahkan yang terakhir kami diajak berkunjun ke lembaga kursus mereka, mirip BSI di Indonesia, bagi peserta kursus di NIIT Cologe, dalam waktu 99 hari mereka dijamin mendapat kerja, wah luar biasa, kita mana ada yang bisa menjamin seperti itu, perguruan tinggi negeri saja tidak menjamin mendapat kerja seperti itu. NIIT nampak mempersiapkan solusi itu, sehingga lembaga yang mereka bentuk memang menjawab tantangan para pencari kerja, tidak hanya dilatih diberi ilmu tetapi disalurkan. Wadahntersbut bernama CDC, lembaga inilah yang memberikan training bagi pencari kerja dan menawarkan mereka, dan yang mereka persiapkan memang cukup besar. Sebenarnya CDR ini mirip outsourching di Indonesia, mungkin Fakultas Teknik Unmuh Ponorogo akan mengembangkan model ini, dan merupakan solusi bagi lulusan.
Pada hari terakhir kami mengunjungi Tajmahal, kita tahu ini adalah lambang India, 7 keajaiban dunia. Tajmahal terletak Acra, jaraknya 300 km dari Newdelhi, dengan menempuh kendaraan darat, pada pukul 10 waktu Acra, rombongan sudah berada di Tajmahal, dimana bangungan yang luar biasa, dan penulis merasa sangat aneh, konon ceritanya Tajmahal dibanguan 350 tahun yang lalu, merupakan bangunan berarsitek Muslim, tapi kini hanya museum sejarah kebesaran Islam, Tajmahal adalah kuburan indah, disampingnya ada masjid, yang cukup megah, tapi hanya menjadi obyek wisata, karena memang India bukan negara muslim, mayorita Hindu. Kesan yang mendalam adalag semua ornamien di tulis dalam huruf arab, dan dinding bangunan adalag marmer yang sangat tertata dengan apik,arsitektur modern, dan nuansa timur tengah yang kental, meah luas biasa, walaupun ini memang merupakan persembahan Raja Burbur pada permaisurinya yang meninggal karena melahirka, kalau memang ada waktu dan uang bolehlah berkunjung ke Tajmahal.
Banyak memang hal yang menarik dari Negara yang berpenduduk 1,2 M ini, tetapi yang tidak kalah menariknya adalah kultur, mungkin karena India menganut sistem kasta, maka sangat nampak perilakunya, NIIT sendiri nampaknya memang merupakan wadah bagi kaum sudra, dimana kaum sudra tidak mungkin keberadaannya dapat masuk ke kasta di atasnya walau mereka sangat pintar, yang ini penulis sampaikan, sekali lagi ini hanya pendapat subyektif penulis, lingkungan India terkesan kumuh, konstruksi bangunan terkesan seadanya (sak angger dalam bahasa inglis Ponorogo) kabel kabel listrik maupun telepun hanya di tempelkan di pagar pagar bangunan, banyak hewan babi, sapi berkeliaran di tengah kota, banyak gedung tidak terawat, dan sebagainya.
Belum lagi transportasinya, terkesan semerawut, kendaraan di dominasi oleh sejenis bajaj di Jakarta, dengan berbagai merk, keselamatan kendaraan sangat terabaikan, belum lagi perilaku para pengemudi, klakson disana biasa, jadi jangan aneh kalau merera mau berbelok klaksonnya di bunyikan kayak tropet, mobil disana dominan warna putih, dan jarang dicucu, mungkin air sulir, dan pseok pesok, tapi yang lumayan, kalau di bandingkan dengan China bebeda kira kira 180 derajat lah, ha ha ha dasar Indi dan Indo.
Makanan, ini merupakan problem bagi rombongan yang baru pertama kali ke luar negeri, makanan di India dominan seperti Negara Timur Tengah, roti cane dengan karinya, belum lagi porsinya yang sangat banyak, orang indonesia makan sukanya bersisa, belum lagi memang bumbunya aneh, maka banyak yang susah makan, yang aneh penulis setiap di tanya teman yang lain, selalu mengatakan enak, bahkan ada celoteh, bahwa lidah pak Aliyadi mati rasa, dalam hati saya tertawa, padahal jawaban itu dalam rangka menghormati Mr Suprabhat yang bertanya bagaimana menunya, jawaban penulis pasti enak, barulah setelah di Bandara, barulah penulis menjawab jujur, bahwa makanan yang disuguhkan sebenarnya yang sudah mau muntah, tapi karena untuk menghormati, maka tetap saja bilang enak.
Terkahir
Kyai Zarkasyi pimpinan Pondok Modern Gontor, suatu saat didatangi oleh seorang santri berpamitan akan kuliah ke Mesir, lalu ditanya, apakah tujuan untuk kuliah ke Mesir, santri menjawab untuk menuntut ilmu, spontar Pak Kyai menjawab, kalau hanya menuntut ilmu, di perpustakaan dan di gontor saja cukup, toh kitabnya sama saja, ilmunya sama saja.
Santri kedua datang, berpamitan, kurang lebih sama yaitu ingin ke Mesir, lalu di tanya apa alasanya, santri menjawab, saya ingin mengetahui budaya, wawasan, dan pengalaman. Lalu kyai menayatakan, jika itu alasanmu, baik dan berangkatlah, bukankan Islam mengajarkan kita untuk Hijrah.
Dari situ, maka pengalaman dari berbagai kunjungan ke luar negeri itu, memang telah membuat penulis meraskan betapa pentingnya wawasa, dan dapat membandingkan, China penduduk yang begitu padat, tetapi, tatanan negaranya begitu rapi, kendaraan tidak macet, sepeda motor tidak akan nampak di jalanana, terlebih lagi, walau negara China perokok nomor satu, tapi tidak akan di dapatkan Iklan Rokok, dan penjual rokok di sembarang tempat, kesannya bersih, rapi.
Itu adalah sekelumit yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca mempunyai since untuk berjuang terus, pengalaman sangat memberikan nuansa dalam berfikir, dan membuat cintar bangsa kita lebih baik ke depan.
Terima kasih kepada Rektor Unmuh Ponorogo, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengunjungi beberapa negara tersbut, mudah mudahan, dengan di bukanya kelas internasional ini, tidak hanya penulis, semua dosen, dan mahasiswa dapat berkunjun ke minimal negara tetangga ASEAN, karena tidak harus mengurs Visa kunjungan.
Pengalaman tidak dapat di beli, karena mengetahui sendiri lebih memberikan nuansa baru bagi kita, agar kita tidak merasa seperti katak dalam tempurung kelapa, mungkin kikta dapat membandingkan bagaimana rasanya di negara orang yang berbeda kultur, alam, iklim, serta berbagai perbedaan lainnya.
Demikian perjalanan panjang kunjungan ke luar negeri, saya masih punya keinginan untuk mengunjungi negara Eropa, Autralia, dan Amerika.

Komentar

  1. Nama : Anton Tri S.
    NIM : 10531030
    Kelas : TI Prosus B

    Pak, kalau kunjungan ke Inggris, mohon ada kesempatan bagi Saya untuk ikut bergabung, Pak ......makasih....hehe..

    BalasHapus
  2. EDY SUTRISNO
    09530484

    byuh pak, mbok aq diajak skali-kali

    BalasHapus
  3. jida kepingin pakkkkkkkk....

    BalasHapus
  4. Foto di India kok gak diupoad Pak??
    Wah, sebenarnya masakah India tu enak banget lho pak.... Tapi karena bapak di sana cuma beberapa hari, jadi belum bisa menikmati. Coba Bapak makan Tandhori Chicken n nasi Beryani dengan kerupuk lizat papad .... hmmmm..... bakalan nambah terus dweeech...trus makan cemilan samosa n terakhir nyeruput shir kurma sebagai desertnya. hemm....wah, jadi ngiler nih saya..... hehe...
    Ntar masak india curry ahhh.... abis tuch, minum garam-garam cay (teh india hangat yang mantaaaffff)

    BalasHapus
  5. RUDY WAHYU AJIPUTRA
    10531025

    foto-fotonya kok gak ti upload pak,.,,.masa nenek yang lagi ngantuk kemarin di upload,.,,hehehe

    BalasHapus
  6. Heru Widodo

    jadi pengen ngikuti kuliah yg diunmuh nanti gmn kelas NIIT nya nie pak.

    makasih pak pengalaman dan cria tentang sana.paling tidak klau ada yang tanya tentang india dan china isa agak tahu ngak lho lhak lho lhok

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer